Oleh M. Richo Musyafak (19540012). Pengantar Filsafat
Sebagaian besar masyarakat, perpustakaan merupakan bagian dari kebutuhan yang harus dipenuhi di dalam kehidupannya, terutama masyarakat terpelajar, mahasiswa dan kelompok-kelompok tertentu, untuk menunjang aktivitasnya. Dengan kata lain perpustakaan sudah bermasyarakat. Namun kita juga menyadari bahwa sebagian masyarakat yang lain belum mendapatkan fasilitas dan layanan perpustakaan sebagaimana mestinya. Artinya dengan pendekatan secara Antropologi, pustakawan dapat memenuhi tugas dan fungsi perpustakaan sebagai salah satu pusat informasi, ilmu pengetahuan, teknologi dan budaya, dalam meningkaykan kecerdasan bangsa, meliputi kecerdasan spiritual, kecerdasan emosional, dan kecerdasan sosial. Pada saat tingkat kecerdasan sebagian masyarakat sudah meningkat, maka akan menjadi modal penunjang dalam mencapai kesejahteraan umum yang baik akan dapat ditingkatkan kecerdasan seluruh masyarakat. Oleh karena kedua hal itu saling berhubungan
Secara pandangan Ilmu Antropologi, perpustakaan merupakan bagian dari budaya suatu bangsa. Khususnya yang berkenaan dengan budaya literasi (keberaksaraan), budaya baca, budaya tulis, dokumentasi dan informasi. Kebudayaan itu sendiri dapat diartikan sebagai hasil cipta, karsa, dan karya manusia, yang membutuhkan proses dan waktu yang panjang. Perpustakaan juga merupakan salah satu simbol peradaban umat manusia. Dengan demikian masyarakat yang telah memiliki perpustakaan yang sudah berkembang baik dan maju, maka masyarakat itulah yang telah diindikasikan berperadaban tinggi. Jika kita mempelajari Ilmu Perpustakaan tanpa mempelajari Antropologi maka kita akan kesulitan untuk terjun ke masyarakat, karena belum tentu masyarakat tersebut senang atau menerima dengan budaya membaca, mengingat budaya masyarakat Indonesia yang minim. Berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh organisasi pendidikan, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan PBB (UNESCO) yang dilaporkannya pada tahun 2016, Negara Indonesia terletak diperingkat 60 dari 61 negara yang disurvei. Oleh karena itu diperlukan cara dan strategi untuk menyisipkan kebiasaan literasi masyarakat Indonesia dengan mempelajari Antropologi, yang mana kebiasaan atau budaya membaca bisa diterima dengan baik oleh masyarakat Indonesia.
Secara tidak langsung Ilmu Perpustakaan adalah ilmu yang mencakup semua ilmu yang ada, karena berbagai informasi dan ilmu serta pengetahuan bisa didapatkan di perpustakaan. Ilmu Perpustakaan banyak hubungannya dengan ilmu lain seperti Sosiologi, Statistik, Ilmu politik, Ilmu Hukum, Ilmu Terapan, Ilmu Komputer baik software maupun hardware, Psikologi, dan lain-lain. Adakalannya Antropologi harus dipelajari oleh pustakawan, hal ini berguna agar pustawakan dapat meninjau buku yang cocok dengan budaya dan prilaku masyarakat di suatu daerah, contoh jika masyarakat tersebut mayoritas bekerja sebagai nelayan atau disebut juga masyarakat maritim, maka kita harus memberikan bahan pustaka atau bahan informasi mengenai konteks kemaritiman, maka dari itu, seorang pustakawan tidak boleh asal-asalan dalam memberikan bahan pustaka atau informasi disuatu wilayah yang ditempatinnya.
Ilmu Perpustakaan dengan Antropologi bagaikan sisi mata uang yang saling berhubungan yang tidak dapat dipisahkan. Hubungan antara kedua ilmu ini saling berkaitan dan berguna bagi pustakawan untuk meninjau kebutuhan informasi bagi para pemustakannya. Perlu kita ketahui bahwa adanya berbagai buku bertemakan Antropogi di perpustakaan maka itu adalah salah satu dari hubungan antara kedua ilmu ini. Oleh karena itu kita tidak dapat menyepelekan ilmu Antropologi maupun Ilmu Perpustakaan karena pada dasarnya semua ilmu itu saling berkaitan.